MENULIS DIKALA SAKIT

 RESUME PERTEMUAN KE-19 

Narasumber     : Suharto, S. Ag., M. Pd.

Moderator        : Hasima Abdi Putri

Hari/Tanggal    : Senin, 15 November 2021

Oleh                 : Tuti Umyati

Pendahuluan

Pertemuan ke-19 malam ini dimoderatori oleh ibu Hasima Abdi Putri dan narasumber oleh Bapak Suharto, S. Ag., M. Pd., yang akrab dengan sapaan Cing Ato. Beliau adalah sahabat super saya, yang telah menginspirasi saya untuk belajar menulis. Dalam keadaan sakit yang tidak ringan, beliau tetap semangat menulis dan menghasilkan karya. Sungguh sesuatu yang luar biasa dan sangat menginspirasi. Tema yang diangkat malam ini adalah "Menulis Dikala Sakit". Semoga beliau seamakin sehat sekarang. aamiin.

Modeartor muda yang cantik malam hari ini menyemangati peserta Kelas Belajar Menulis agar tidak kendor semangatnya, karena satu pertemuan lagi resume sudah bisa dibukukan. Semangaaat....!

Profil Narasumber

Suharto, S. Ag., M. Pd., biasa disapa Cing Ato adalah pria asli Betawi (Jakarta) tepatnya Cakung Jakarta Timur yang saat ini bertugas di MTsN 5 Jakarta, sebagai guru Fiqih. Beliau Beliau aktif belajar menulis dengan mengikuti beberapa grup belajar menulis diantaranya yaitu:

1. Pelatihan Menulis bersama KSGN di Wisma UNJ Jakarta pada akhir Desember 2016

2. Pelatihan Menulis MWC Media Guru di Cipanas pada akhir Desember 2017

3. Pelatihan Menulis bersama Omjay di acara Public speaking di Jakarta 2017

4. Pelatihan Menulis bersama Omjay Gelombang ke-8 2020 (Dalam keadaan sakit)

5. Pelatihan Cover Buku bersama Pak Ajhinata 2021

Narasumber

1. Narasumber pelatihan menulis KSGN PGRI 2021 Gelombang 17

2. Narasumber pelatihan menulis KSGN PGRI 2021 Gelombang 19

B. Menulis Buku

     1. Buku ontologi

          1) Bukan Guru Biasa (2016)

          2) Guru Inspiratif (2020)

      2. Buku Solo

          1) Mengejar Azan (2018)

          2) GBS Menyerangku (2020)

          3) Menjadi Pribadi Unggul (2020)

          4) Kompilasi Kisah Inspiratif (2021)

          5) Belajar Tak Bertepi (2021)

          6) Aisyeh Menunggu Cinta (2021)

          7) Menepis Kesulitan Menulis (2021)

       3. Masih Dalam proses

           1) Kado Spesial Sang Bintang ( tinggal menunggu kisah inspiratif dari murid-murid  Yang sukses tembus kuliah keluar negeri Jepang, Turki, Mesir, Yaman, Thailand, dan lainnya)

           2) Lentera Ramadan ( tinggal disempurnakan sedikit insyaallah, sebelum Ramadan sudah terbit.

           3) Cing Ato Berpantun

           4) Cing Ato Berpuisi

           5) Menulis di Kala Sakit

           6) Belajar Fikih ( buku mata pelajaran)

        4. Masih Dalam ide

            1) Menyongsong Pendidikan Abad 21

            2) Menjadi Guru yang dirindukan

            3) Mengubah PTK menjadi Buku

            4) Mengubah Tesis Menjadi buku

            5) dll

Medsos

       1.  Instragram ( @Suharto. cingato.cing)

       2. Facebook.   ( @ Suharto.cingato.cing)

       3. Blog              (Suharto13bolgspot.com) 

                                 (Suharto69blogspot.com)

       4. Aktif di website YPTD

Motto Hidup

          "Belajar, belajar, dan belajar"


Materi Inti

Dalam penyampaian materi malam ini narasumber membagi materi yang merupakan pengalaman hidup beliau menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Menulis dalam Keterbatasan 


Sakit GBS yang diderita narasumber tidak menyurutkan semangatnya untuk menulis. Selama kurang lebih 4 bulan beliau mengalami kelumpuhan total. Semua tubuhnya lumpuh tidak bisa digerakan bahkan bernafaspun sulit, sehingga harus menggunakan alat bantu pernafasan (Ventilator). Kisah inspiratif ini bisa dilihat pada: https://youtu.be/tVSJLPutgtU

Kisah yang dialami narasumber yang telah beliau bagikan lewat chanel you tube, sungguh merupakan pembelajaran yang sangat berharga bagi siapa saja yang menyaksikannya. Betapa tidak, penyakit GBS yang menyerangnya merupakan penyakit langka yang melumpuhkan semua syaraf motoriknya sehingga beliau tidak mampu bergerak sama sekali. Namun demikian dalam keadaan tertimpa penyakit seberat itu beliau tidak berkeluh kesah, bahkan menerima takdir itu dengan penuh qonaah. 

Tiga bulan sebelum sakit beliau sudah menerbitkan buku perdananya yang berjudul "Mengejar Azan".

Setelah tangan mulai bisa digerakan, bisa memencet HP mulailah beliau menulis kembali walaupun hanya beberapa kata atau beberapa kalimat. Setelah itu lahir buku kedua dengan judul " GBS Menyerangku" yng berisi kisah penyakit yang diderita belaiu, perjuangan beliau melawan penyakit, kesabaran sang istri yang begitu luar biasa kesabarannya merawat beliau selama sakit, dan keajaiban-keajaiban (mukjizat) yang terjadi selama beliau sakit hingga sedikit demi sedikit berangsur membaik. 

Dukungan dari keluarga, istri tercintannya yang dengan penuh ketulusan dan kesabaran serta anak-anaknya yang soleh dan solehah merupakan sesuatu yang sangat membantu dan tidak bisa diabaikan bagi kesembuhan beliau yang secara berangsur kian membaik. 

Awalnya narasumber juga tidak pandai menulis, tetapi beliau punya kemauan kuat untuk menulis. Keinginan kuat untuk menulis diikuti ikhtiarnya dengan membeli buku-buku tentang menulis dan mengikuti kegiatan jurnalis. Itupun belum membuahkan hasil, beliau masih belum menulis bahkan ketika diundang untuk menulis, hasilnya belum menggembirakan. Hasilnya masih kaku dan kering. 

Saat itu narasumber masih merasa kesulitan dalam merangkai kata menjadi sebuah kalimat, apalagi untuk membuat kalimat yang indah bertabur diksi yang penuh hikmat. Tetapi beliau tidak putus asa,  belaiu terus berusaha dan belajar menulis. 

Kegiatan Literasi di sekolah yamg ketika itu sedang boomingnya, beliau jadikan sarana untuk belajar. Belaiu berusaha untuk bisa mengikuti kegiatan tersebut dengan baik, dengan cara memperhatikan kegiatan literasi setiap hari Selasa di sekolah tempat beliau bertugas dan ikut terlibat dalam kegiatan literasi tersebut. Kebetulan beliau suka membawa buku dan sudah terbiasa membaca. 

Di samping kegiatan membaca, beberapa peserta didik dilibatkan dalam tulis-menulis, sehingga jadilah buku antologi sebagai wujud literasi menulis. Berawal dari sinilah beliau tertarik untuk menulis dan mencoba mencari wadah untuk belajar menulis atau pelatihan menulis.  

Selanjutnya narasumber mulai mencari kegiatan pelatihan menulis dengan searching di Facebook, kemudian beliau mendapati ada pelatihan menulis KSGN di wisma UNJ. Di sinilah beliau mengenal  pak Namin, Om Jay, Om Dedi, dan lainnya hingga kemudian beliau sering ikut kegiatan orang-orang hebat tersebut dalam menulis.

Dari sini narasumber sedikit banyak mengetahui cara menulis, terutama apa yang disampaikan oleh Om Jay." Tulis apa yang ada disekitar kita, tulis yang sederhana dahulu, tulis yang kamu bisa dan kuasai, serta mulailah menulis apa yang kamu alami dan rasakan" itulah sepenggal kalimat yang beliau pahami dan sangat membekas sampai sekarang.

Ada kalimat inspiratif yang menjadi kartu nama beliau"Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi" yang memotivasi narasumber untuk selalu menulis. kemudian narasumber buat turunannya"Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi". Sungguh kalimat yang sangat menginspirasi bagi siapa saja yang ingin menulis.

Dari sini lahirlah buku antologi pertama Cing Ato " Bukan Guru Biasa" 2016.

Selanjutnya narasumber pun berguru lagi dengan group Media Guru, dari sana beliau menerbitkan buku perdana solo"Mengejar Azan" buku cerita tentang perjalanan menuntut ilmu. Dasar ilmunya dari Om Jay lalu dipoles oleh media guru.

Kebahagiaan tak terkira pada saat itu, ketika bisa melahirkan buku solo. Merupakan kebanggaan tersendiri mempunyai karya sendiri. Sehingga karya perdana itu saya abadikan dengan minta bantuan pelukis untuk melukisnya.



Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tiba-tiba badai tornado menghantam dengan dahsyatnya. Tubuh ini yang tadinya tinggi, gagah, ganteng dengan sekejap mata lumpuh total tak berdaya, hanya menyisakan mata, telinga, dan otak. Bahkan napas pun tidak bisa. Jika tidak cepat ditangani. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Begitulah musibah datang tanpa diundang dan tidak terduga.

1,5 bulan di ruang ICU, 3 bulan di ruang HCU, 2 Minggu di ruang inap biasa. Pulang dalam kondisi lumpuh. Satu tahun badan tak bergerak, setelah satu tahun mulai ada gerakan tangan, butuh enam bulan tangan kiri bisa memegang wajah, lalu disusul tangan kanan. Jari tangan masih kaku dan tidak bisa menggenggam, untuk menekan remot saja tidak mampu.1.5 tahun hanya berbaring dan terkadang suntuk menghampiri.1.5 tahun putus dengan dunia luar, tidak tahu perkembangan dunia luar seperti apa. Oh my God...

2. Menulis Dikala Sakit

Suatu hari handphone istri tertinggal dan berdering. Cing Ato coba minta asisten rumah tangga untuk mengambilnya dan meletakkan di atas dada saya. Beliau coba untuk menyentuh, Alhamdulillah, bisa terbuka. Dalam hati kecil berkata ke mana ya, handphone milik saya, sudah 1,5 tahun lepas dari saya.

Ketika istri pulang dari sekolah, Cing Ato meminta HP nya dan sekaligus minta dibelikan kartu baru. Karena yang lama mati. Tanpa pikir panjang istri mencari HP dan membelikan kartu baru.



3. Terasa hidup kembali

Narasumber berusaha menggunakan HP walau tidak bisa menggenggam, cukup beli alat HP lalu disangkutkan pada jari jempol tangan kiri dan menulis menggunakan jari tengah. Bagus jari manis dan kelingking tertekuk hingga tidak menghalanginya untuk menulis. Karena jari tengah yang terpanjang, maka beliau gunakan untuk mengetik.  Ternyata semua yang terjadi ada hikmahnya. maka itu, perlu disyukuri saja.

Mulailah narasumber melacak akun Facebook , cukup memakan waktu, 3 hari baru bisa terlacak. Alhamdulillah, sejak itu beliau  memposting kondisinya , hingga banyak simpati dan empati berdatangan.

Dalam hati bergumam, kenapa saya tidak menulis sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak?. Akhirnya beliau menulis apa yang pernah beliau baca, lihat, dan beliau dengar. Karena  senang dengan motivasi, maka shampir setiap hari menulis artikel sederhana tentang motivasi hidup. Di samping juga menulis tentang apa yang sedang terjadi pada diri beliau. 

Saking asyiknya menulis hingga lupa bahwa diri ini sedang sakit tahunan, tiba-tiba secara perlahan, tapi pasti ada progres yang menggembirakan, tubuh ini mulai bergerak satu persatu. Allahu Akbar.....Ternyata menulis menjadi terapi tersendiri bagi pemulihan penyakit narasumber.



Banyak respon positif berdatangan, hingga banyak yang membaca bahkan selalu menunggu tulisan berikutnya. Beliau pun tambah semangat. Sehingga tidak tidur sebelum ketemu bahan untuk ditulis besok. Setiap habis salat subuh hingga jam 7 beliau menulis. Menulis sambil rebahan di atas kasur. Setelah beliau bisa duduk barulah menulis di atas roda. Beliau menulis di mana saja. Terkadang di atas kasur, di luar rumah ketika menjemur badan, di mobil sambil menikmati macetnya arus lalulintas, di rumah sakit sambil nunggu panggilan dokter. Ya, pokoknya di mana saja ada di situlah saya menulis. Bahkan ketika sedang terapi pun saya suka menulis. Sungguh semangat yang luar biasa.

Di tengah perjalanan ada sahabat (Om Jay) yang saya kenal menghubungi saya. Lewat WhatsApp dan vicol. Beliau mengajak saya untuk ikut pelatihan menulis. Walau dalam serba keterbatasan dan leher masih memakai alat trakeastomi dan hidung masih memakai NGT untuk selang makan. Saya menyatakan ikut.

Kalau lelah dan pusing beliau tidak ikut, tapi materinya disimpan diaplikasi catatan. Aplikasi catatan yang ada di HP itu tempatbeliau menulis setelah itu baru saya share ke blog dan Facebook.

Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi. Turunan kalimat dari Om Jay ini mujarab. Kalimat ini sebagai penyemangat untuk diri sendiri, sekaligus untuk membangkitkan dan mengajak teman untuk menulis. 

Walau terkadang dinyinyir,narasumber  tetap maju pantang surut ke belakang. Karena beliau ingat pesan Om Dedi"Ingat apa yang menurut kita bagus belum tentu orang lain menerima" artinya terus berjuang.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya teman dan sahabat satu persatu mengikuti jejak beliau dan mereka sudah mempunyai karya, bahkan murid beliau pun mengikuti dan sudah menghasilkan karya. Begitu juga teman-teman di medsos, mereka menulis karena terinspirasi dari beliau. Sungguh pengalaman yang sangat mengharukan. 

Jam 13.20 siang tadi narasumber menyerahkan 12 buku dg 6 judul.. sengaja beliau berikan ketika rapat, agar teman-teman termotivasi dan keluar dari zona nyaman.



Foto narasumber di share ke Kanwil kemenag Jakarta. Dan di respon oleh KASI dan beliau ingin mengadakan wawancara untuk persiapan tgl 26 November dalam rangka memperingati hari guru.

Benarlah kata Omjay, Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Super sekali Omjay.

Alhamdulillah, digelombang ini ada sahabat kuliah saya yang mengikuti pelatihan ini. Beliau sering minta pendapat saya dan minta dikoreksi. Saya pesan jangan hanya menulis resume, coba tulis yang lain. Eeeeh, tulisannya semakin gurih, renyah dengan diksi-diksi keren.... saya saja belum bisa seperti itu.....Alhamdulillah.

Dari sinilah lahir buku demi buku secara estapet. Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. Kemustahilan versus realita berwujud keniscayaan. Kalau kita ingin belajar, belajar, dan belajar pasti kita bisa.

Lelah pasti ada apalagi dalam kondisi serba keterbatasan, memegang buku saja beliau susah, begitu juga membuka buku. Dengan bantuan istri, anak, dan asisten rumah tangga, beliau bisa membaca buku untuk memperkaya tulisannya. Ya, menulis itu identik dengan membaca. Jangan berpikir menjadi penulis kalau malas membaca.

Kemudian narasumber memcoba untuk membuka laptop walau berat jari ini untuk menekan hurup dan angka, tapi beliau paksakan hingga tanpa sadar sebagai media terapi,   akhirnya jari-jari kuat menekan hurup-hurup.

Beliau pindahkan tulisan yang ada di blog dan Facebook ke laptop. Lalu di kelompokkan sesuai tema yang beliau inginkan. Kemudian beliau edit hingga menjadi sebuah buku. Untuk mempertajam tulisan beliau berguru dengan pak Akbar zaenudin penulis buku best seller Man Jadda wa Wajada. Jadilah sebuah buku motivasi.

Inilah karya tulis sederhana Narasumber:

Sebelum sakit

1. Mengejar Azan (2018)

Setelah sakit

2. GBS Menyerangku (2020)

3. Menuju Pribadi Unggul (2020)

4. Belajar Tak Bertepi (2021)

5. Kisah inspiratif Seni Mendidik Diri (2021)

6.Aisyeh Menunggu Cinte (2021)

7. Menepis Kesulitan Belajar (2021)


Masih dalam proses

1. Kado Spesial Sang Bintang

2. Lentera Ramadan

3. Cing Ato Berpantun

4. Cing Ato Berpuisi

5. Menulis di Kala Sakit


Masih dalam ide

1. Menyongsong pendidikan abad 21

2. Guru Berkharisma

3. Belajar Fikih ( buku pelajaran)

4. Dll.....

Beliau pun mulai belajar menulis puisi, pantun, dan cara membuat cover. Untuk mendukung cita-citanya  beliau akan pelajari bagaimana cara layout buku. Pada saatnya nanti beliau bercita-cita bisa menulis, membuat cover, membuat layout sendiri, dan terakhir jadi penerbit mayor. Insyaa Allah.

Menulis saja terus, biarkan orang lain yang menilainya.

Ternyata menulis dikala sakit, banyak yang merespon. Banyak teman guru baik di dunia nyata maupun maya, melontarkan kalimat-kalimat sanjungan." Bapak merupakan motivator saya" " bapak guru inspiratif" " saya malu pada diri saya bapak yang sakit saja bisa berkarya, sementara saya tidak". Itulah di antara kalimat yang terlontar dari para sahabat. 

Termasuk saya salah satunya, orang termotivasi dan terinspirasi dari narasumber hebat kita pada malam hari ini. "Sahabat saya yang sakit saja bisa berkarya, sementara saya yang tidak sakit tidak berbuat apa-apa" gumam hati saya. Sejak saat itulah saya tertarik untuk menulis.

4. Kedatangan yuotuber

Bukan saja mendapat sanjungan dari para sahabat medsos. Ternyata para yuotuber pun sampai datang berkunjung ke rumah dan berjumpa dengan narasumber. Mereka melabelkan narasumber sebagai guru motivator yang inspiratif.

 Channel YouTube Sutrisno Muslim

 Channel YouTube Akbar Zaenudin

 Chanel You tube Alumni

5. Menjadi Narasumber

Saya tidak menyangka ada orang ngelirik saya untuk diminta menjadi narasumber. Walau dahulu terbersit dalam hati, suatu saat saya akan menjadi narasumber.

Pertama datang dari seorang sahabat, dia meminta untuk mengisi pada acara motivasi di grup guru ,tapi Beliau tolak karena merasa masih terbatas bicara. Selanjutnya beliau belum mengabarkan lagi. Walau belum terlaksana, setidaknya memberi motivasi. Ternyata ada juga yang melirik.

Kedua, datang dari Om Jay. Narasumber melihat namanya ada di urutan daftar narasumber, tapi terutulis Cang Ato bukan Suharto. Akhirnya beliau cuekin saja. Eh, sudah mendekati waktunya baru beliau dihubungi oleh bunda Aam Nurhasanah. Tanpa pikir panjangbeliau menyanggupi saja. Jadilah b eliau mengisi pada pelatihan menulis gelombang 17 dan ternyata dipanggil lagi pada gelombang 18. Eh, dipanggil lagi pada gelombang 21 dan 22 ini.

Ada juga tawaran dari komunitas menulis dari tanah rantau beliau menolak karena pelatihan menggunakan zoom, sementara suara beliau belum jelas. Maka itu, saat ini beliau sedang latihan bicara. Itulah hasilnya video yang di atas. Semangat ya... narasumber hebat.

Penutup

Sebagai kalimat penutup di akhir pertemuan, narasumber berpesan:

Sahabat-sahabat superku

Ayo......

Jangan takut untuk menulis, 

Jangan menunggu pintar baru menulis, menulis saja dahulu nanti pasti pintar.

Awali menulis yang sederhana, yang  kita bisa dan yang kita kuasai. 

Mulailah menulis dengan apa yang kita alami dan rasakan, itu lebih mudah.  

Untuk memperkaya tulisan kita, silahkan baca tulisan-tulisan karya orang lain.

Dan jangan lupa membeli karya teman. (Promosi ni ye....)


Sesi Tanya Jawab

P1 

Assalamualaikum Cing Ato. 

Saya Widya dari Malang. 

Membaca pengalaman Cing Ato sungguh luar biasa. Baru kali ini saya mendengar cerita inspirasi yang membuat hati saya berkedut, air mata menetes tanpa terasa. Seolah tetesannya menyaingi hujan gerinis dikota Malang. Ya Allah menangis hati saya.

1. Cing, apa motivasi terkuat Cing Ato untuk menulis saat itu. Karena saat sakit tentu perasaan depresi yang banyak melingkupi kita. Bagaimana caranya memompa semangat ketika cing Ato down atau merasa kesakitan? (Saya malu dengan diri ini. Sehat tapi malas menulis 😭😭😭 seolah saya dicambuk dengan cerita cing) 

2. Bagaimana sekarang kondisi kesehatan Cing Ato? Saya doakan Cing Ato semoga selalu sehat. Dan selalu memotivasi dan memberi manfaat untuk sesama.

Jawab:

1. Ketika saya sehat saya sering ceramah dan khutbah baik di madrasah atau di masyarakat. Maka, ketika sakit saya berpikir apa ya kira-kira yang bisa saya lakukan dan ada manfaatnya untuk orang banyak. Akhirnya, saya menulis tentang karakter manusia. Maka, tulisan saya isinya motivasi bagaimana menjalankan hidup semestinya.

2. Setidaknya jika saya menulis tentang kebaikan, pasti Allah pun tidak tinggal diam.

3. Agar tulisan-tulisan saya bisa dinikmati oleh keturunan saya, setidaknya bisa memotivasi generasi selanjutnya.

Alhamdulillah, kondisi saya berangsur membaik...  Aamiin terima kasih bunda.

P2 

Salam.. saya Mulyanita dari Bekasi. Cing ato kalau boleh tau cing ato sakit apa?

Satu lagi pertanyaannya cing ato, di awal cing ato bilang menulis di blog dan Facebook, adakah kekhawatiran cing ato Kalau tulisan itu akan dicuri oleh orang lain? 

Jawab:

Terima kasih bunda Mulyanita dari Bekasi.

Saya sakit GBS  kelumpuhan syaraf. Seluruh syaraf saya tidak berpungsi. Sampai nafas pun tidak bisa.

Saya berkaca pada para ulama. Adakah mereka hawatir tulisannya dicuri orang. Justru dia bahagia tulisannya bisa sampai ke orang banyak.  Nulis itu niatkan lillah... dan semua milik Allah. Saya tidak khawatir... karena tujuan saya menebarkan kebaikan.... Apalagi kata-kata yang saya susun juga dari orang lain.

P3 

Assalamualaikum.wr.wb.mlm ..Cing..sya Lusi Apriyana dari SMKN2 Pangkalpinang..gmn caranya agar kita bisa membuat judul yang sesuai dengan tulisan kita..terkadang saat membuat tulisan sya sering kali merasa kl judul yg saya buat itu kurang mengena pada tulisan yang saya buat..mkc seblumnya..

Jawab:

Terima kasih bunda Lusi Apriyana.

Pertama ketika saya membuat judul buku pertama saya pelajari buku om Jay. Ternyata om Jay membuat judul di cover buku diambil dari judul-judul pada daftar isi. Tentunya diambil yang menurutnya bagus di antara judul-judul yang ada.

Kedua, lihat isi tulisan kita temannya apa dan yang di bahas apa. Kalau tema tulisan tentang guru dengan segala kondisinya. Pasti kita buat judul yang ada kaitannya dengan tulisan.

Contoh,  sekarang saya sedang menulis buku 8 Kado Spesial Sang Bintang. Tema sentralnya tentang bagaimana menjadi sang bintang, tentunya bagaimana cara belajar sang bintang, kenapa harus menjadi sang bintang, terus kisah-kisah sukses sang bintang.

Usahakan judul cover singkat, menarik, dan syarat makna.

P5 

Assalamu'alaikum ww. Saya suyatinah dari yogya.

Semoga Cing Ato segera pulih seperti sediakala. Aamiin

Cing, tantangan untuk bisa menghasilkan buku setelah 20 pertemuan sangat menantang,apalagi tantangan dari prof. Ekoji. Namun kadang ragu dengan kemampuan saya, harus banyak referensi yang dibaca, sementara kerjaan seolah gak habis2...

Gimana Cing Ato mampu memompa semangat sampai bisa menghasilkan banyak karya?

Terimakasih Cing

Jawab:

Waalaikum salam, bunda Sutinah.

Bunda setiap kita punya genre masing-masing. Tulis saja dahulu yang kita bisa dan kuasai. Itu saja dahulu. Saya terus terang saja dahulu menyusun kalimat saja tidak bisa. Maka itu, saya awali menulis dengan menulis apa yang pernah dialami. Itu lebih mudah. Tujuan salah pertama belajar menulis dengan bahasa yang saya bisa. Nanti jika tulisan kita sudah bagus baru masuk ke tahap berikutnya.

Ya, memang terkadang kita ciut duluan sebelum berbuat. Banyak itu saya temui di antara teman. Saya kasih masukan sekarang malah tulisan beliau lebih bagus..  

Bersyukur kita punya prof Eko yg peduli dengan guru.... tentunya kalau ingin berkolaborasi dengan beliau ya, kita sudah siap lahir batin. Jangan setengah-setengah....

Jadi bunda kasih waktu untuk menulis, jangan nunggu waktu kosong baru menulis.

Semua orang juga sibuk, tapi mereka yang sukses mereka yang pandai membagi waktu dan menggunakan dg sebaik-baiknya 🙏

P6

Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullahii Wabarakaatuh

Nama Saya Arham asal Donggala Sulteng 

Menyimak paparan Cing Ato saya termotivasi dengan slogan “Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi” dan Kalimat ini sebagai penyemangat narsum, sekaligus saya pun ingin membangkitkan dan mengajak teman untuk menulis. Walau terkadang dinyinyir saya tetap maju pantang surut ke belakang. Karena saya ingat pesan Om Dedi"Ingat apa yang menurut kita bagus belum tentu orang lain menerima" artinya terus berjuang, pertanyaan saya sesuai tema pelatihan malam ini menulislah dikala sakit, hal ini sangat sulit dilakukan oleh beberapa orang karena akan terganggu konsentrasi membangkitkan semangan dan bahkan ide pun susah untuk dimunculkan, bagaimana trik atau strategi Cing Ato menyikapi dan bahkan menyempatkan waktu menulis ?

Jawab:

Waalaikum salam, mas Arham semoga sehat dan sukses selalu.

Kebetulan saya sudah tahu kuncinya sebelum sakit, ditambah saya ikut pelatihan di gelombang 8 dan pelatihan-pelatihan menulis lainnya. Sehingga apa yang harus saya tulis saya sudah tahu, tinggal memperkaya tulisan lewat internet dan buku-buku.

Kebetulan saya hanya sakit kelumpuhan, otak saya masih normal dan tidak terganggu. 

Kebetulan juga saya ambil cuti 3 smter. Jadi satu semester saya sempatkan untuk menulis. Karena hanya menulis yang saya bisa lakukan.

Justru dengan menulis saya ingin melupakan penyakit. Kalau saya melakukan sesuatu, maka saya hanya memikirkan penyakit terus. Maka itu, saya menulis saja hingga penyakit itu bosan dan kabur.

Komentar

  1. Semangat bund Umiya,,,Alhamdulillah resumnya ringkas dan padat,,,,Salam Literasi dan Salam Blogger (Arham Penanya Terakhir) ,,,,,,,,

    BalasHapus
  2. Keren bunda, ayo buat judul dan sinopsisnya. Nanti saya buatkan cover

    BalasHapus
  3. Luar biasa materi Cing Ato. Nangis Saya. Malu sehat tapi tak semangat belajar, nulis dan ibadah. Moga kita semua bisa bersyukur atas nikmat Allah SWT. Aamiin.

    BalasHapus
  4. Materi yang luar biasa. Menguras emosi. Berurai air Mata, tidal terasa hingga tengah malam.

    BalasHapus
  5. Semoga Cing Ato semakin sehat dan tetap semangat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komitmen Menulis Di Blog

Ide Menulis Bagi Guru

Menulis adalah passion saya