Kiat Menulis Cerita Fiksi

 RESUME PERTEMUAN KE-11


Narasumber    : Sudomo, S. Pt.
Moderator       : Dail Ma'ruf
Hari/tanggal    : Rabu, 27 Oktober 2021
Oleh                : Tuti Umyati

Pendahuluan

Alhamdulillah berkat rahmat dan nikmat Allah SWT yang luar biasa, pada malam ini dengan diiringi turunnya hujan kami masih bisa mengikuti kelas Belajar Menulis Gelombang 22. Insyaallah dengan tetap semangat.

Pada pertemuan ke-11 ini, mengusung tema "Kiat Menulis Cerita Fiksi" dimoderatori oleh seorang moderator handal yaitu Bapak Dail Ma'ruf dan narasumber hebat yaitu Bapak Sudomo, S. Pt.

Tentang Narasumber

Nama lengkap, Sudomo, S.Pt. Saat ini  mengajar IPA di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat NTB. Selain aktif mengajar saat ini beliau masih mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Lombok Barat. Narasumber biasa dipanggil "Pak Momo" sapaan akrabnya. Untuk mengisi waktu luang narasumber juga menulis fiksi dan berbagi pengalaman selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak di web pribadi www.eigendomo.com

Pria kelahiran  Sukoharjo, 27 Maret 1975, mempunyai begitu banyak prestasi dibidang menulis, baik berupa karya fiksi yang sudah dipublikasikan maupun prestasinya pada perlombaan-perlombaan penulisan karya fiksi.

Berawal dari passion untuk menulis fiksi tahun 2009, akhirnya bergabung dengan komunitas menulis fiksi, mengikuti berbagai kompetisi, dan akhirnya benar-benar jatuh cinta dengan tulisan fiksi. Saya pun menekuninya melalui kelas-kelas menulis fiksi termasuk pernah lolos dalam seleksi workshop menulis cerpen Kompas. Beliau alumni Belajar Menulis asuhan Om Jay Gelombang 16.

Narasumber pernah sangat viral gegara bikin resume dalam bertuk cerita fiksi. Beliau hanya menulis resume dengan gaya yang disukai dan dikuasainya tanpa berekspetasi apa-apa. Awalnya  beliau justru minder. Hal ini karena saya merasa 'berbeda'. Namun, ternyata respons pembaca luar biasa. Banyak yang suka  karena berbeda.


Isi Resume

Sebelum masuk materi, narasumber mengajukan satu pertanyaan yang harus kita jawab dengan jujur dalam hati, "Mengapa kita harus menulis fiksi?" Pertanyaan ini penting untuk memotivasi kita mulai menulis fiksi. Tentu beragam jawabannya.  Menurut narasumber karena kita suka pada dongeng...dan beliau baru bisa tidur setelah dicetitakan dongeng waktu kecil. 

Banyak alasan mengapa kita harus bisa menulis fiksi. Beberapa hal penting di antaranya, yaitu terkait dengan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Salah satu komponen dalam AKM atau ANBK adalah literasi, yaitu teks literasi fiksi. Dengan mampu menulis cerita fiksi, seorang guru tentu akan lebih mudah membuat soal latihan AKM untuk muridnya. 

Setidaknya guru tidak hanya mengandalkan soal latihan dari internet. Namun, guru bisa membuatnya sendiri untuk kebutuhan sehari-hari dalam mengajar. 

Untuk mengetahui cara membuat cerita fiksi, tentu harus memperhatikan hal-hal terkait menulis fiksi, yang disebut unsur pembentuk cerita fiksi, yaitu latar, tokoh, peristiwa, dan lan-lain. 

Syarat bisa menulis cerita fiksi

Secara umum sama dengan syarat-syarat menulis bentuk lainnya. Bedanya terletak pada kebiasaan kita sebagai penulis untuk mengembangkan imajinasi.  Banyak membaca akan menghadirkan banyak pengalaman dan pemahaman hal baru terkait menulis cerita fiksi. ibarat mau mengeluarkan  energi, kita harus cukup asupan gizinya.

Bentuk cerita fiksi bermacam-macam. Yang umum kita kenal adalah cerpen dan novel.

Untuk bisa menulis cerita fiksi dengan baik dan lancar, tidak cukup dengan membaca saja tentunya. Harus disertai dengan latihan menuliskannya. 

Perbedaan bentuk cerita fiksi kebanyakan terletak pada jumlah kata dan kompleksitas konflik cerita. Cerpen biasanya hanya satu konflik, sedangkan novel lebih rumit konfliknya. Bentuk-bentuk lain masih banyak lagi. Ada fiksimini, flashfiction, pentigraf, novelet, novela. Saya pribadi menulis fiksi berawal dari fiksimini, yaitu fiksi singkat beberapa kata, tetapi merupakan cerita utuh. 

Ini adalah contoh dari fiksimini:


 unsur-unsur pembentuk cerita fiksi di antaranya, yaitu: 

1. Tema
Tema merupakan ide poko cerita. Tips menentukan tema: dekat dengan penulis, menarik perhatian penulis, bahan mudah diperoleh, dan ruang lingkup terbatas. Adapun cara menentukan tema: Menyesuaikan dengan minat, mengangkat kehidupan nyata, berimajinasi, membaca, dan mendengarkan curahan hati; Contoh Tema: Berkah kejujuran; Pendidikan dan kemiskinan; Persahabatan tiga anak SD; Pengalaman siswa selama Belajar di Rumah; Perjuangan guru selama Pembelajaran Jarak Jauh.


2.  Premis
Premis yaitu ringkasan cerita dalam satu kalimat;

× Unsur-unsur premis: karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan, dan resolusi;
× Cara membuat premis: tulis masing-masing unsur pembentuknya kemudian rangkai menjadi satu kalimat utuh;
× Contoh Premis: Seorang anak SD mengajak dua orang temannya melakukan perjalanan ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh pemahaman tentang materi IPA

3. latar/setting
Latar/setting adalah Penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita;

× Jenis-jenis latar: latar waktu, latar tempat, latar suasana, latar sosial, latar material, dan latar integral.
Sudut Pandang 

× cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang diwujudkan dalam pandangan tokoh cerita;

× Macam-macam sudut pandang: Orang Pertama Tunggal, Orang Pertama Jamak, Orang Kedua, Orang KetigaTunggal, Orang Ketiga Jamak, dan Campuran

4. Tokoh
Penokohan yaitu Penjelasan selangkah demi selangkah penjelasan detail karakter dalam cerita;

× Macam-macam tokoh: protagonis, antagonis, dan tritagonis;

× Teknik penggambaran tokoh: analitik, fisik dan perilakutokoh, lingkungan tokoh, tata bahasa tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lain.

5. Alur/plot
Alur/plot merupakan Struktur rangkaian kejadian dalam cerita;

× Macam-macam alur: Alur maju, alur mundur, alur campuran, alur flashback, dan alur kronologis;

× Unsur-unsur alur/plot: Pengenalan cerita, Awal konflik, Menuju konflik, Konflik memuncak/klimaks, 
Penyelesaian/ending;

× Unsur-unsur alur/plot tersebut urutannya bisa diubah tergantung pada jenis alur yang dipilih.

× Struktur rangkaian kejadian dalam cerita;

× Macam-macam alur: Alur maju, alur mundur, alur campuran, alur flashback, dan alur kronologis;

× Unsur-unsur alur/plot: Pengenalan cerita, Awal konflik, Menuju konflik, Konflik memuncak/klimaks, 
Penyelesaian/ending;

× Unsur-unsur alur/plot tersebut urutannya bisa diubah tergantung pada jenis alur yang dipilih.

6. Sudut pandang
Sudut pandang adalah Penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita;

× Jenis-jenis latar: latar waktu, latar tempat, latar suasana, latar sosial, latar material, dan latar integral.
Sudut Pandang 

× cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang diwujudkan dalam pandangan tokoh cerita;

× Macam-macam sudut pandang: Orang Pertama Tunggal, Orang Pertama Jamak, Orang Kedua, Orang Ketiga Tunggal, Orang Ketiga Jamak, dan Campuran

Proses kreatif menulis cerita fiksi

1. Niat: Motivasi diri untuk memulai dan menyelesaikan tulisan
2. Baca Fiksi orang lain: Upaya menemukan bahanbelajar/referensi berupa ide,pemilihan kata, serta gaya dan teknik penulisan.

3. Ide dan genre: Segera catat saat ide mendadak muncul, Menemukan ide dengan cara mengembangkan imajinasi, Pemilihan genre disesuaikan dengan yang disukai dan dikuasai.

4. Outline
   Membuat kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi
× Menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi kita
× Membuat premis sesuai tema
× Menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya
× Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik
× Menentukan latar/setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detail
× Memilih sudut pandang penceritaan yang unik

5. Menulis
× Membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan, kata unik, konflik)
× Melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baik dengan cara memaparkan secara jelas
kepada pembaca
× Menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh
× Menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi
× Memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas
× Memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi)
× Membuat ending yang baik

6. Swasunting
× Dilakukan setelah selesai menulis;
× Jangan menulis sambil mengedit;
× Memfokuskan penyuntingan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan penulisan, ejaan, dan logika cerita;
× Usahakan menempatkan diri pada posisi sebagai penyunting agar tega menyunting tulisan sendiri;
× Jangan lupa menyiapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Sesi Tanya Jawab

Salah satu trik agar cerita kita enak dibaca dan seru adalah melibatkan pembaca dalam tulisan kita. Teknik ini bisa menggunakan pakai show don't tell.

Passion terhadap jenis tulisan akan kita temukan seiring waktu. Memang tidak serta merta, tetapi butuh proses. Yang bisa mengetahuinya ya saat kita bisa menyadarinya kita lebih suka pada jenis tulisan yang mana. Terkait tema yang dekat dengan penulis, kita ambil contoh seorang guru, tentu akan lebih mudah menuliskannya jika kita membuat cerita fiksi tentang guru dan murid.

Meskipun fiksimini sangat singkat tetapi idealnya harus ada unsur-unsur pembentuk cerita fiksi tersebut.

Okenya menulis cerita fiksi salah satunya  kita sebagai penulis bisa numpang curhat lewat tulisan. Agar 'sembunyi' lebih aman, kita bisa mengganti tokoh, latar atau sudut pandang. Kita pakai temanya saja kemudian tambahkan bumbu-bumbu penyedap biar lebih dramatis dan enak dibaca

Seperti yang sudah saya singgung pada jawaban sebelumnya, yaitu terkait dengan teknik show don't tell. Jadi kalau misalnya kita menggambarkan tokoh sedang sedih, kita bisa menuliskan sedihnya seperti apa tanpa harus menuliskan langsung bahwa tokoh sedang sedih. Namun, dari tulisan kita, pembaca tahu bahwa tokoh kita sedang sedih. Ini memang tidak mudah. Membutuhkan kebiasaan terus mengasahnya dengan cara terus belajar menulis.

Premis secara sederhana adalah ringkasan cerita utuh dalam satu kalimat. Artinya hanya dengan membaca premis, kita bisa mengetahui cerita secara keseluruhan. Misalnya novel Harry Potter. Premisnya adalah seorang anak yang pandai sihir harus berjuang melawan penyihir jahat demi kedamaian dunia. Kedekatan premis dengan tema, premis adalah pengembangan tema. Alur tambahan bebas ditambahkan asal sesuai dengan outline atau kerangka karangan yang sudah kita susun. Setiap masalah tokoh harus selesai. Hal ini karena ini merupakan syarat sebuah cerita.

Menurut pendapat pribadi narasumber terkait cerita fiksi bisa banget dikaitkan dengan nilai-nilai agama, misalnya terkait dengan tuntunan ibadah yang bisa menjadi tema tulisan cerita fiksi.

Namanya saja unsur pembentuk, berarti harus ada dalam penulisan cerita fiksi.  Kalau kurang salah satu artinya cerpen tersebut belum utuh sebagai sebagai cerpen. Perkara publikasi adalah hak masing-masing penulis. Namun, setidaknya dengan berani publikasi akan mendapat masukan perbaikan.

Novel sekarang trennya roman dan horor. Roman karena memang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Karya narasumber bisa diintip di www.eigendomo.com.

Karya narasumber dengan judul  "Bianglala" dapat dilihat pada https://eigendomo.com/karya-bianglala/  

Disamping teknik penulisan yang menarik memang tema yang ditulispun harus pas dan cocok dibaca oleh semua umur.

Manfaat yang dirasakan dan didapatkan narasumber dari menulis fiksi, selain 'koin' juga 'poin'. Manfaat 'koin' adanya royalti penerbitan buku fiksi. Sedangkan 'poin' adalah bisa berbagi dan belajar menulis fiksi dari teman-teman lainnya.

Membuat alur cerpen ada baiknya terlebih dahulu membuat outline atau kerangka karangan. Hal ini akan memudahkan kita dalam mengembangkan alur dalam cerpen.

Penutup

Cerita fiksi merupakan cerita yang dihasilkan dan dikembangkan berdasarkan imajinasi penulis. Cerita fiksi akan menarik jika alur ceritanya bisa melibatkan emosi pembacanya. Pembaca akan hanyut atau larut dalam rangkaian cerita yang dibuat penulis.Penulis tidak perlu menyebutkan tokoh sedang sedih atau marah, tetapi cukup dengan menggambarkannya melalui cerita. Teknik ini disebut Show don't tell.  Adapun unsur pembentuk cerita fiksi adalah: Tema, premis, latar/seting, tokoh, alur/plot, dan sudut pandang. Semua unsur pembentuk cerita fiksi ini harus ada dalam sebuah karya fiksi. 


Belajar terus, seterusnya pembelajar


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komitmen Menulis Di Blog

Ide Menulis Bagi Guru

Menulis adalah passion saya